-->

Iklan

KH Miftachul Akhyar Rais Aam PBNU Buka Konfercab VII NU Banyumas

Marnoto
11 Desember 2022, 14.29.00 WIB Last Updated 2022-12-11T07:29:40Z
KH Miftachul Akhyar Rais Aam PBNU Buka Konfercab VII NU Banyumas di Komplek Pondok Pesantren Mamba’ul Ushulil Hikmah Bakung, Linggasari, Kembaran, Banyumas


BANYUMAS - Rais Aam PBNU, Kiai Haji Miftachul Akhyar membuka secara resmi Konferensi Cabang (Konfercab) VII Nahdlatul Ulama Banyumas yang ditandai dengan penabuhan bedug sebagai simbol dimulainya agenda lima tahunan itu. Penyelenggaraan Konfercab VII NU Banyumas dilangsungkan pada Ahad, 11 Desember 2022 M bertepatan dengan 17 Jumadil Ula 1444 H di Komplek Pondok Pesantren Mamba’ul Ushulil Hikmah Bakung, Linggasari, Kembaran, Banyumas. 


KH Miftachul Akhyar Rais Aam PBNU Buka Konfercab VII NU Banyumas di Komplek Pondok Pesantren Mamba’ul Ushulil Hikmah Bakung, Linggasari, Kembaran, Banyumas

Dalam sambutannya, Kiai Miftach menyampaikan pesan akan pentingnya menjaga peradaban dunia. Kiai Miftach menggambarkan huruf dlad pada lambang NU yang menegasikan bahwa peran NU tidak hanya di tingkat ranting sampai pusat, bangsa dan negara, namun sampai pada penjagaan peradaban dunia.

Dikatakan, para muassis NU telah menggariskan bahwa peran NU tidak hanya ditingkat lokal namun bekontribusi pada dunia global. Sesuai pemaknaan huruf dlad yang melingkari bola dunia sebagai simbol kontribusi NU harus sampai mendunia. 

“Sejak pendirian NU para muassis telah menggariskan bahwa kontribusi NU harus sampai dataran global. Perhatikan huruf dlad yang melingkari bola dunia sebagai simbol kontribusi NU harus sampai mendunia,” terangnya.

Kiai Miftach menambahkan, di era disrupsi yang penuh perubahan harus diimbangi dengan tata krama atau “unggah ungguh” dalam persatuan. Proses kaderisasi organisasi di NU harus melahirkan militansi kader yang diimbangi dengan unggah ungguh atau tata krama. 

Menurutnya, militansi organisasi tanpa unggah ungguh akan melahirkan kerusakan moral. Sehingga proses kaderisasi melalui Madrasah Kader NU (MKNU) harus diberikan secara seimbang antara melatih militansi dengan unggah ungguh kader.

“Perlu keseimbangan antara militansi kader dengan unggah ungguh. Militansi organisasi tanpa unggah ungguh akan melahirkan kerusakan moral kader,” terangnya.(Marnoto)
Komentar

Tampilkan

Terkini

Olahraga

+
close
close